
11 Juli 2025
Setelah melalui proses peninjauan panjang selama hampir lima tahun, Taman Nasional Wakatobi yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara resmi dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia Alam (World Natural Heritage Site) oleh UNESCO pada 10 Juli 2025 dalam sidang tahunan Komite Warisan Dunia di Granada, Spanyol.
Penetapan ini menempatkan Wakatobi sejajar dengan destinasi global seperti Great Barrier Reef di Australia dan Galápagos di Ekuador, sekaligus menjadikannya situs warisan alam ke-6 dari Indonesia.
Keajaiban Laut Wakatobi
Wakatobi merupakan singkatan dari Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, empat pulau utama yang membentuk kawasan taman nasional dengan luas lebih dari 1,3 juta hektare. Kawasan ini dikenal sebagai jantung segitiga terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di planet ini.
🐠 Fakta luar biasa:
-
Lebih dari 750 spesies karang, atau 90% dari seluruh jenis di dunia
-
Lebih dari 1.400 spesies ikan laut
-
Habitat penting untuk paus sperma, penyu hijau, dan lumba-lumba spinner
-
Ekosistem lamun, mangrove, dan atol terbesar di Indonesia bagian timur
Dampak Penetapan Sebagai Warisan Dunia
Dengan status warisan dunia, Wakatobi akan:
-
Menerima dukungan teknis dan finansial internasional untuk konservasi
-
Meningkatkan peluang ekowisata berkelanjutan yang melibatkan masyarakat adat
-
Dilindungi lebih ketat dari aktivitas industri ekstraktif, termasuk illegal fishing dan eksplorasi bawah laut
-
Menjadi pusat riset kelautan tropis tingkat dunia
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno, menyebut:
“Ini bukan hanya kemenangan untuk Indonesia, tapi untuk dunia. Wakatobi adalah rumah dari kehidupan laut yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.”
Peran Masyarakat Lokal dan Tradisi Bahari
Salah satu poin penting dalam penilaian UNESCO adalah partisipasi aktif masyarakat Bajo, suku laut nomaden, dalam menjaga ekosistem. Mereka memiliki tradisi penangkapan ikan yang tidak merusak laut, serta aturan adat yang selaras dengan konservasi modern.
Program co-management antara pemerintah, LSM, dan warga lokal menjadi model percontohan dunia dalam pelestarian berbasis komunitas.
Tantangan dan Harapan
Meski begitu, tantangan tetap ada:
-
Ancaman wisata massal yang bisa merusak ekosistem
-
Perubahan iklim global yang memicu pemutihan karang
-
Kebutuhan peningkatan fasilitas riset dan edukasi publik
UNESCO bersama Pemerintah Indonesia akan membentuk Master Plan Warisan Dunia Wakatobi 2025–2045 demi memastikan pengelolaan jangka panjang.
Kesimpulan
Pengakuan terhadap Taman Nasional Wakatobi sebagai Situs Warisan Dunia Alam merupakan kemenangan diplomasi lingkungan Indonesia dan bukti bahwa konservasi berbasis budaya lokal mampu menjaga keajaiban alam dunia. Saatnya dunia mengenal Wakatobi bukan hanya sebagai tempat menyelam, tetapi juga sebagai ikon harapan bagi masa depan laut yang lestari.